Jika dapat aku ketahui apa yang akan terjadi padaku kelak, sudah pasti aku akan menjauhkan diriku dari hal-hal yang membuatku terluka.
Namun jika hal itu kulakukan maka tidak akan ada bahagia yang akan kurasakan, tidak akan ada kenangan indah
dan aku tidak akan pernah belajar menjadi perempuan yang lebih sabar dan lebih tegar seperti saat ini.’
-martinayosevina-

Senin, 14 November 2016

Semut Bisa Ber-hibernasi?

Assalamu'alaikum..


"Semut-semut kecil.. saya mau tanya.. apakah kamu di dalam sana, tidak takut cacing..?"
Itu merupakan lirik lagu Melisa, penyanyi jaman 'baheula', jamannya saya minta jajan sama mama dikasih Rp. 50 bisa dapet permen sama kue di warung.. hehheee

Sudah tak asing lagi dong sama hewan yang satu ini?
Apalagi untuk jenis semut yang suka berkeliaran di rumah dan ga bisa sedikit aja nemuin sesuatu yang manis ataupun amis, mereka langsung mengerubung.
Suka kesel juga kalau sempet lengah sebentar aja, langsung deh para semut nakal baris berbaris dengan tidak rapih.
Kalau udah terlanjur banyaknya semut yang ngerubungin makanan plus makanannya cuma sedikit, mau ga mau dengan berat hati makanannya dibuang.
Tapi beda kondisi kalau makanannya banyak dan semutnya tak cukup banyak, otomatis langsung menyelamatkan makanan itu.

Contoh aja kemarin saya membeli donat setengah lusin ketika pulang dari kantor.
Saya letakkan di atas karpet bersama dusnya. Hanya saya tinggal sebentar saja, pas saya tersadar.. semut merah yang kecil-kecil itu (entah namanya semut apa saya ga tau.. hehheee) udah ngerubungin si donat yang satu pun belum saya makan.
Geram sama tingkah si semut yang udah kelewatan nakal karena ngeduluin saya makan donatnya, walhasil saya langsung masukin kulkas aja donatnya, ga tanggung-tanggung,, saya masukin freezer. Kali itu saya berpikir bahwa saya adalah pembunuh semut paling kejam karena membuat dia mati beku secara perlahan-lahan.

Tak lama kemudian, saya intip kondisi semut di dalam kardus donat di freezer, saya merasa puas karna semut-semut itu sudah dalam kondisi terkapar. Langsung saya keluarkan dari freezer, namun masih saya taruh dikulkas.
Esoknya saya keluarkan dari kulkas ketika ingin menyantapnya. Namun, saya tinggalkan donat-donat itu masih bersama para semut yang terkapar tidak sampai lima menit.
Saya buka kardusnya, dan.. jengjreeeeeeeenggg.. Semut pun sudah mengerubungi kembali si donat.
Kaget bukan main, karena ini belum ada lima menit saat saya keluarkan dari kulkas.
Sempet bingung juga sih semut ini berasal dari mana, karena posisi kardus donat saya letakkan di tempat yang tidak terjangkau sama semut.
Tidak ada kecurigaan apapun. Saya hanya berpikir secepat itu kah para semut berkumpul?
Sebelumnya saya memang pernah membaca artikel bahwa semut memiliki feromon sebagai alat komunikasi mereka, feromon berupa hormon yang biasa mereka tinggalkan agar keberadaannya terlacak oleh semut -semut yang lainnya.
Itulah kenapa semut cepat sekali mengerubungi makanan, terutama makanan manis.

Sekali lagi, saya kembali menjadi pembunuh semut yang kejam dengan memasukkan si kardus donat ke dalam freezer.
Saya keluarkan kardusnya setelah beberapa jam berada di dalam freezer.
Karena tingkat keingintahuan saya kali ini begitu tinggi, saya letakkan kardus di depan mata saya. Saya perhatikan dengan seksama, dari mana semut-semut akan bermunculan.
Tanpa saya duga-duga, para semut yang sudah terkapar itu perlahan-lahan bergerak. Rasanya sih saya seperti melihat mayat hidup. Karena setahu saya semut-semut itu sudah pada mati.

Yups!! Ternyata para semut nakal itu belum mati. Kondisi ini disebut juga hibernasi.
Hibernasi semut bisa di dalam suhu yang sangat dingin. Jadi saat semut terlihat terkapar seperti sudah mati, sebenarnya mereka sedang ber-hibernasi.
Meskipun pada umumnya hewan primata, mamalia dan burung yang suka ber-hibernasi, atau mungkin beruang yang sudah terkenal sangat sering melakukan hibernasi, ternyata semut pun bisa melakukan hibernasi.
Hibernasi dilakukan dengan cara tertidur atau beristirahat selama musim dingin, karena sulitnya mendapatkan makanan di saat musim dingin. Hibernasi sering terlihat dari adanya penurunan suhu tubuh binatang, terkecuali pada beruang.

Jadi saya bukan pembunuh semut yang kejam dong ya?
Karena si semut sedang tertidur atau beristirahat di freezer yang mungkin sama saja mereka anggap bukan sedang berada di freezer, melainkan sedang mengalami musim dingin ^^
Dan semut-semut yang hidup kembali setelah di masukkan ke dalam freezer berarti bukanlah mayat hidup.. hehehee

Ini cuma tulisan iseng saya yang mungkin bisa menambah sedikit pengetahuan kita tentang semut ^_^

Wassalamu'alaikum..

Jumat, 14 Oktober 2016

Wisata di Garut

Assalamu'alaikum..

Garut merupakan salah satu kota yang termasuk ke dalam provinsi Jawa Barat. Letaknya yang agak di ujung Jawa Barat dan berbatasan dengan Jawa Tengah tidak membuat Garut sepi akan wisatawan yang ingin berlibur kesana. Selain Garut merupakan kampung halaman saya, udara yang sangat sejuk membuat saya sangat betah ketika saya berada disana.

Candi Cangkuang di tanah sunda

Wisata pertama yang akan saya bahas adalah Candi Cangkuang, yang merupakan satu-satunya Candi Hindu yang berada di tanah sunda. Candi yang berada di Leles ini memiliki daya tarik tersendiri untuk para pengunjungnya. Selain letaknya yang berada di sebuah pulau kecil sehingga harus menyebrangi situ (danau) cangkuang dengan menggunakan rakit, Candi Cangkuang pun menyimpan sejarah dari Candi itu sendiri serta sejarah makam yang berada disamping Candi dan tentang penduduk sekitar yang tinggal di Kampung Pulo.

With my Bro, menyusuri jalan menuju Candi Cangkuang

Harga tiket masuk yang ditawarkan cukup murah, hanya Rp. 3.000 untuk orang dewasa dan Rp. 2.000 untuk anak-anak serta harga rakit hanya Rp. 4.000 per orang.

Ini rakit yang mengantarkan kita pulang pergi melintasi Situ Cangkuang

Kemudian ada wisata pemandian air panas Cipanas Garut. Berada di pusat kota Garut, membuat jalanan menuju Cipanas lebih ramai oleh pedagang yang menjajakan oleh-oleh khas Garut.
Terdapat pemandian umum bagi yang menginginkan biaya lebih murah, meskipun dibilang umum namun tetap saja di dalam 1 kamar pemandian hanya untuk 1 atau 2 orang. Dan untuk kolam renang air panas pun tersedia untuk umum. Ingin lebih privat? Tentunya harus menyewa tempat penginapan, baik hotel maupun cottage disekitar Cipanas.

Wisata selanjutnya merupakan wisata yang belum lama ini diresmikan, mungkin sudah sekitar 2 tahunan, yaitu wisata kebun mawar.

Harga tiket weekend Rp. 20.000 sedangkan hari biasa Rp. 15.000


                  




Awalnya saya pikir akan disuguhkan berbagai macam mawar, baik mawar putih, kuning, merah dan lainnya. Ternyata yang disuguhkan tidak hanya mawar, namun berbagai jenis bunga disuguhkan di kebun yang terbilang cukup luas ini. Penginapan pun di sediakan bagi wisatawan yang ingin menghabiskan waktu lebih lama disini.
Letaknya dimana? Dari arah garut ikuti saja jalanan menuju samarang, tepatnya di jalan raya Kamojang, posisinya lebih diatas sedikit dari kampung sampireun yang pastinya sudah sangat tidak asing bagi kebanyakan orang.




Sudah pernah dengar mengenai wisata waterboom Darajat Pass? Wisata yang satu ini paling digemari oleh anak-anak, karena terdapat banyak arena permainan air untuk anak-anak. Per orang dikenakan tiket Rp. 25.000, dan per masing-masing tiket dapat ditukar dengan 1 botol minuman dari sponsor.

Wisata Waterboom Darajat Pass

Didalamnya tersedia berbagai arena permainan air

Yang terakhir saya ulas adalah tempat penjualan kerajinan kulit Sukaregang. Saya mengkategorikan Sukaregang sebagai tempat wisata karena mata saya dapat berwisata melihat berbagai macam kerajinan kulit dengan harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, bahkan kalau kita pintar menawar akan mendapatkan harga yang cukup murah.
Kerajinan kulit yang ditawarkan berupa jaket, dompet, tas, sendal, sarung tangan, topi dan lainnya yang terbuat dari kulit asli.

Hasil berburu dengan si Sepupu 

Sebenarnya masih ada beberapa wisata lainnya di Garut seperti gunung papandayan (sudah pernah saya bahas terpisah dalam 1 postingan), wisata Situ Bagendit dan yang lainnya. Namun kali ini saya memilih hanya mengulas yang telah saya tuliskan di atas saja.. ^^

Wassalamu'alaikum..

Kamis, 29 September 2016

Merbabu dan Yogyakarta



Assalamu'alaikum..

Kok judulnya Merbabu dan Yogyakarta? Bukannya kalau mau naik ke Merbabu bukan dari Yogyakarta?
Yup.. naik ke Merbabu memang ga lewat Yogyakarta. Namun ini pengalaman singkat saya di akhir july sampai awal agustus kemarin, dimulai dari Boyolali dan berakhir di Yogyakarta ^^
Lewat jalur darat dari Jakarta menuju Selo, Boyolali, kurang lebih sekitar 14 jam plus istirahat dan shalat.
Gunung dengan ketinggian 3.145m ini memiliki beberapa jalur untuk menuju puncak.


Diantaranya ada jalur selo, wekas, suwanting dan kopeng, hanya saja saya dan yang lainnya memilih untuk naik dan turun di jalur yang sama yaitu di jalur selo. Itu karena kendaraan yang kami gunakan di parkir disana plus banyak yang mengatakan selo merupakan jalur yang paling mudah ditempuh diantara jalur lainnya.

Pemandangan gunung di sekitar Merbabu sangat memanjakan mata, salah satunya ada Merapi.

Setelah selesai mendaki Merbabu, kami memutuskan untuk menjelajahi Yogyakarta. Dari Boyolali, kami menuju Yogyakarta dengan melewati Magelang. Perjalanan lancar sekitar 2 jam.

Esoknya, petualangan menjelajahi Yogyakarta pun dimulai.
Perjalanan kami yang pertama ke Taman Buah Mangunan. Dari tempat kami menginap kurang lebih sekitar 1,5 jam, dikarenakan kami banyak bertanya jalur menuju kesana. Jalanan menuju taman buah ini berkelok-kelok. Kalau yang terbiasa pusing naik kendaraan, ada baiknya minum antimo atau persiapkan kantong plastik.. hehehe.
Sesampainya disana, saya langsung mencari pohon buah-buahan apa yang ada disana. Namun sejauh mata memandang, tidak ada satupun buah-buahan disana. Jadi entah kenapa dinamakan taman buah mangunan..
Pemandangan yang disuguhkan sangat sangat supeeerr.. katanya sih begitulah pemandangan wisata di gunung kidul.. pemandangan yang sangat indah.
Tiket masuknya sangat murah, hanya Rp. 5.000 saja per orang.


Selanjutnya masih di sekitar tempat yang sama ada hutan pinus. Yup hutan pinus yang dimanfaatkan sebagai wisata. Sudah pasti pinus yang berada disana sudah menjulang tinggi. Ditambah lagi disediakannya tempat diatas pohon yang bisa melihat pemandangan sekitar dari atas.


Hutan pinus ini tidak dikenakan biaya. Ada kamar mandi yang super bersih dan mushola yang dibangun dari kayu. Karena awalnya kami berangkatnya cukup siang, maka tidak terasa hari pun sudah senja.



Malam harinya kami menghabiskan waktu di alun-alun kidul. Dulu saya pernah kesini dan mencoba untuk berjalan di antara dua pohon dengan mata yang ditutup kain hitam, hasilnya? Ga cukup sekali untuk bisa melewati jalan tengah-tengah itu.. hehehee. Kali ini saya cukup memperhatikan mereka yang begitu semangat karena yakin bisa berjalan di tengah-tengah pohon kembar beringin besar.

Abaikan saya yang kalah terang sama cahaya lampu.. ^_^

Hari terakhir di Yogyakarta mengharuskan saya bangun pagi agar tidak terlalu siang memulai perjalanan dan agar dapat mengelilingi Yogyakarta dengan maksimal.
Perjalanan pertama sudah pasti ke Candi Borobudur. Setiap ke Yogyakarta, saya tidak pernah melewatkan untuk mampir ke Candi Borobudur yang terletak di Magelang. Entah kenapa rasanya ga afdol aja kalau ke Yogyakarta ga mampir ke Magelang ^^
Oia kalau mau menyewa payung jangan dari luar Candi ya.. Saran saya sih sewa yang di dalam Candi. Karena apa? Karena harga yang ditawarkan di dalam candi  lebih murah, hohoohoo


Tiket masuk per orang untuk WNI sebesar Rp. 30.000.




Candi yang selalu jadi tujuan wisata para turis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Di dekat Candi Borobudur ada Candi Mendut, letaknya hanya beberapa kilometer dari Candi Borobudur. Tiket masuknya murah, hanya Rp. 3.000. Disana hanya ada satu buah candi yang berukuran cukup besar.

Selanjutnya perjalanan menuju Gereja Ayam. Tempat wisata baru yang diperkenalkan lewat film AADC 2. Rangga dan Cinta melihat sunrise disana. Berhubung saya datangnya siang, jadi saya di suguhkan oleh terang benderangnya cahaya matahari kala itu. Kalau ikut GPS, jalanan menuju kesana agak ribet, saran saya sih lebih baik bertanya kepada warga sekitar, karena dari jalan raya hanya lurus saya ke dalam.
Tapi kalaupun nyasar, jangan takut.. pasti ada yang menawarkan diri menjadi penunjuk jalan dengan membayar sejumlah tertentu.
PeeR banget nih jalanan dari parkiran mobil menuju gereja ayam, karena jalanan menuju gereja ayam cukup miring, menurut saya ya sekitar 60 sampai 70 derajat tingkat kemiringannya.Tiket masuknya Rp. 10.000.
Jalanan yang akan saya lewati terlihat sekali belum lama diperbaiki, sudah pasti ini ditujukan untuk meningkatkan fasilitas para pengunjung. Kalau yang pakai mobil offroad sih enak, bisa naik sampai depan Gereja Ayam.

Namanya aja Gereja Ayam, sudah pasti bentuknya seperti ayam, lengkap dengan jenggernya.

Untuk sampai ke atas Gereja, kita menaiki tangga yang masih berbentuk kayu. Dan akan diberikan waktu oleh penjaganya. Jadi kalau kelamaan sudah pasti akan di teriakkan untuk bergantian dengan pengunjung yang lainnya.

Apa yang disuguhkan? Lagi-lagi pemandangan alam yang sudah pasti tidak ada di tempat saya mencari nafkah sehari-hari ^^


Tujuan terakhir yaitu Pantai Parangtritis. 

Kali ini kami hanya berbekal GPS.
Alhamdulillah GPS menunjukkan jalan yang mudah, tidak membuat kami ribet. kami di tuntun melewati jalanan kabupaten, sehingga jalanan lancar jaya.
Sesampainya di Parangtritis, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya bahwa sang mentari berpamitan sementara sebelum esok dia kembali bersinar.


Wassalamu'alaikum..

Selasa, 09 Agustus 2016

Kereta Api Argo Dwipangga

Merupakan salah satu kereta api eksekutif dengan rute Jakarta (Gambir) - Solo (Solo Balapan) dan sebaliknya yang hanya melintasi beberapa stasiun besar dan salah satunya adalah stasiun tugu Yogyakarta. Kereta api ini hanya menempuh dalam waktu kurang lebih 7,5 jam saja dari Yogyakarta ke Jakarta, begitu pula sebaliknya.
Sebenarnya selain kereta api argo dwipangga ada banyak kereta api eksekutif lainnya yang melewati stasiun tugu Yogyakarta, diantaranya ada kereta api bima, kereta api gajayana, kereta api argo lawu, kereta api taksaka malam dan taksaka pagi.
Pilihan saya untuk naik kereta api argo dwipangga saat itu dikarenakan masih banyaknya kursi yang available hingga mendekati tanggal pemberangkatan di harga Rp. 285.000. Sedangkan di kereta yang lainnya untuk tiket yang harga dibawah Rp. 300.000 sudah habis terjual. Makanya saya pilih yang lebih murah dan kebetulan juga saya belum pernah naik kereta api argo dwipangga ^_^
Sama dengan kereta api eksekutif lainnya, Argo Dwipangga pun mengutamakan fasilitas untuk para penggunanya. Seperti pijakan kaki, selimut dan bantal. Pijakan kaki yang disediakan bersifat fleksibel, jadi pijakan hanya bisa berada dibawah jika di injak, jika tidak di injak maka secara otomatis pijakan kaki akan kembali ke tempatnya semula. Untuk kursi pada kereta api argo dwipangga, tidak terdapat meja kecil yang biasanya di tarik dari pinggiran untuk meletakkan makanan. Jadi kemungkinan terdapat kafe di salah satu gerbong.
Namun tidak menutup kemungkinan bagi siapapun yang ingin makan di bangku, karena para pekerja kereta api menawarkan makanan dan mengantarkan ke tempat kita duduk.
Biasanya saya akan mencari kafe di setiap kereta api eksekutif, hanya saja kali ini saya tidak keliling gerbong dikarenakan kondisi saya yang sudah lelah setelah berkeliling Yogyakarta.. hehehee.. jadi kali ini saya tidak bisa memberikan info kafe terdapat di gerbong berapa.
Selimut yang diberikan oleh petugas masih dibungkus dengan plastik, itu artinya selimut masih baru di laundry, masih dalam kondisi bersih, meskipun menurut saya kurang harum ^^

Penampakan tiket kereta yang terbaru. Lebih hemat kertas karena lebih tipis, namun lebih berisiko untuk kelipat atau mungkin bisa terbuang. Jadi lebih baik di print pas mau berangkat aja,, hehehee

Untuk gerbong, keberangkatan dari Yogyakarta menuju Jakarta, gerbong eksekutif 1 terletak di paling depan dan nomor urut bangku pun dimulai dari yang kecil. Sedangkan untuk keberangkatan dari Jakarta ke Yogyakarta atau ke Solo Balapan, gerbong eksekutif 1 terdapat di paling belakang, serta  nomor urut bangku yang terdepan di mulai dari yang besar.
Kedatangan dan keberangkatan kereta tepat sesuai waktu yang dijadwalkan. Hanya sekitar 5 menit kereta berhenti di stasiun, jadi jangan datang pada saat waktu keberangkatan ya.. sayang kalau sampai tertinggal oleh si argo dwipangga.. ^_^

Selasa, 12 Juli 2016

Pelangi

Siang itu, kala sang hujan beristirahat dari aktivitasnya dan memberikan kesempatan kepada mentari untuk kembali menerangi bumi dengan sinarnya, aku lihat kamu hadir.
Hadir sesaat diantara kepergian hujan dan kedatangan mentari. Kamu hadir ditengah tetesan hujan dan sinar yang terpancar dari mentari.
Kamu memang berada menjadi yang ketiga antara hujan dan mentari, namun kamulah yang menyatukan keduanya hingga menjadi indah, menyatukan tetesan hujan dan sinar mentari menjadi warna warni yang membuat siapapun yang melihatnya akan terpana, menghadirkan senyum dan sering kali aku mendengar nyanyian tentangmu dari suara riang anak-anak kecil yang melihatmu, termasuk aku di waktu kecil.
Kamu mengajarkanku, kehadiranmu dapat membuat suasana menjadi berbeda, menjadi lebih indah. Dan saat kamu pergi, sebagian anak-anak masih bernyanyi seakan tak akan ingin kamu pergi. Karena yang mereka tahu, menyanyikan lagumu dapat menahan kamu sedikit lebih lama untuk tinggal di langit.
Tidak sedikit pula yang mengabadikan keberadaanmu dalam sebuah gambar, dan selalu mengingat kapan kemungkinan kamu hadir. Iya, seperti yang aku katakan tadi bahwa kamu hadir sebagai yang ketiga, namun bukan seperti kebanyakan yang memisahkan, kamu hadir menyatukan.
Belajar banyak darimu, kamu yang sangat indah, kamu yang selalu membekas dalam ingatanku.. Pelangi!!

Rabu, 18 Mei 2016

Backpakeran ke Bromo (April 2015)

Assalamu'alaikum..

Bromo dimana sih? Rasanya hampir semua orang indonesia mengetahui dimana itu bromo.. meskipun tidak sedikit pula yang belum pernah kesana.

Ini mini mahameru, kawah bromo dan gunung batok ^_^

Saya telah lama ingin pergi ke Bromo, tetapi yang ada di benak saya adalah.. pergi dengan siapa dan kira-kira berapa biaya keseluruhannya. Maklum saja saat saya menginginkan kesana, saya masih baru bekerja. Sudah pasti belum memiliki cuti dan masih lanjut kuliah lagi sehingga bentrok dengan waktu. Dan juga hanya memiliki budget yang pas-pasan.
Namun saat kesempatan itu datang, saya tidak menyia-nyiakan waktu.
Tujuan utama saya ke Blitar untuk menemui keponakan saya, dan janjian disana dengan kakak laki-laki saya.

Ready untuk perjalanan dari Blitar ke Bromo dengan sepeda motor ^^

Dari Blitar, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor bersama abang saya. Waktu yang saya butuhkan dari Blitar menuju ke Malang kurang lebih sekitar 1 jam (diperbatasan antara Blitar dan Malang sering diadakan razia, jadi persiapkan SIM bagi yang mengendarai kendaraan). Sampai di Malang, berbekal modal berani bertanya, akhirnya saya bisa sampai di Desa Gubuk Klakah (Sempat nyasar juga di tengah kota Malang, jadi kurang lebih 1 jam dari malang sampai ke desa terakhir di dekat Bromo).

My Brother yang udah mau nemenin adiknya ke bromo

Perjalanan menuju desa Gubuk Klakah 

Berhubung saya belum pernah kesana, jadi menyempatkan diri mampir ke air terjun Coban Pelangi.
Katanya sih kalau cuacanya cerah, di air terjun akan terlihat pelangi.. mungkin dikarenakan adanya embun yang diciptakan oleh air terjun bertemu dengan sinar matahari yang dapat menembus ke dalam embun.. ^^
Dan nasib saya saat itu kurang beruntung.. Sang pelangi pun tidak hadir >,<


Air terjun Coban Pelangi

Tiket masuk ke dalam air terjun coban pelangi cukup murah.. hanya saja jalanan yang harus dilewati dari parkiran hingga sampai ke air terjun cukup membuat urat kaki sedikit menegang,, hehehee
Pulang dari air terjun, saya mampir ke salah satu pedagang kopi yang berada di area perjalanan menuju ke air terjun. Dari beliau saya banyak memperoleh informasi. Hingga akhirnya beliau menawarkan jasa menginap dirumahnya.
Memang tujuan dari awalnya mau backpakeran sama abang, jadi sudah pasti saya dan abang langsung menerima tawaran menginap oleh pedagang kopi tersebut (beliau merupakan salah seorang penduduk desa gubuk klakah).
Sebenarnya bisa dikatakan tidak menginap, karena saya hanya menggunakan kamar dari jam 9 malam hingga jam 2 malam. Sesuai dengan perjanjian pada malam harinya, saya menyewa jasa motor (ngojek kali ya lebih tepatnya) dengan harga Rp. 75.000 per motor (per motor hanya membawa 1 orang), tukang ojek pun datang tepat waktu di jam 2 malam. Dan saat itu yang saya pikirkan hanya bagaimana caranya agar tubuh saya tetap hangat. Sudah pasti saya menggunakan kaos double, jaket tebal, kaos kaki, syal, sarung tangan. Saya pun tidak menolak ketika bapak pedagang kopi yang rumahnya saya gunakan untuk bermalam menawarkan teh manis panas.
Setelah merasa semuanya sudah OK, saya dan yang lainnya pun segera berangkat.
Tengah malam saya berpetualang di rerimbunan pohon yang kemudian dilanjutkan seperti di sebuah padang pasir. Sangat terasa oleh saya bahwa ban motor yang saya gunakan seperti mau terjatuh saat melewati jalanan berpasir itu, untung saja mas pengendaranya memang sudah ahli dan sudah sangat mengenal jalanan yang kami lewati.

Kalau musim kemarau tiba, suara pasir yang teriup angin seperti berbisik sesuatu ke telinga kita.
Maka dari itu dinamakan pasir berbisik.

Meskipun saat itu masih tengah malam menjelang subuh, sudah banyak mobil-mobil jeep yang berlalu lalang. Ada yang baru mau menjemput dan ada yang sudah menuju ke tempat penanjakan (tempat melihat sunrise).
Sebenarnya yang paling enak itu ya naik jeep. Sayangnya saya hanya berduaan dengan abang, jadi mau tidak mau naik motor, terlalu mahal jika kami harus membayar harga sewa 1 buah jeep hanya untuk berdua.. hehehee. Saat itu 1 mobil jeep disewakan sekitar Rp. 900.000. Dan 1 buah mobil jeep dapat membawa hingga 12 orang.

Jeep yang digunakan di bromo

Dan saya pun akhirnya sampai di penanjakan 2 (dua), penanjakan yang terletak di tengah-tengah, sehingga tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah untuk melihat sunrise (yang tertinggi yaitu penanjakan 1, viewnya paling bagus dibanding yang lain).

Pos penanjakan 2

Saya sampai di sunrise view point sekitar jam 04.00, dan matahari belum menampakkan kehadirannya. Saya menunggu di antara hembusan-hembusan angin yang terasa sangat kencang. Kemudian saya pun melakukan tayamum, dan dilanjutkan dengan shalat subuh di sebuah bangunan kecil yang mungkin biasanya dipergunakan untuk kumpul-kumpul. Subhanallah.. benar-benar saya merasakan suasana yang berbeda. Mukena pun tertiup oleh angin yang berhembus cukup kencang.
Suhu disini cukup dingin, namun tidak sedingin saat musim kemarau. Namun tetap saja bagi saya yang tidak kuat udara dingin, wajib banget menggunakan kaos kaki double, sarung tangan, jaket tebal dan syal.
This time untuk foto-fotoooooo.. meskipun ga dapet sunrise yang bagus, saya tetap berfoto-foto bersama abang saya. Untungnya si guide pinter mengabadikan moment saya bersama abang.


Setelah itu, dilanjutkan kembali ke kawah bromo. Lumayan juga untuk yang belum biasa mendaki, pasti akan tergiur dengan kuda yang ditawarkan disana. Alhamdulillah sang guide selalu menyemangati saya untuk tetap mendaki hingga ke tempat tujuan.

Ada sebagian yang mengira ini adalah bromo.. kata mas guide, ini tuh gunung batok.. hehehee

Sebelum sampai di kawah bromo, kita akan disambut oleh pemandangan hijau dari gunung batok. Kesempatan itu tentunya tidak saya sia-siakan untuk berfoto bersama abang saya. Gunung ini letaknya di tengah-tengah perjalanan ketika akan ke kawah bromo. Tepatnya sebelum tangga menuju kawah.

Ini adalah tangga yang harus dilalui untuk sampai ke atas, sedangkan dari bawah menuju kesini ada jalanan lain lagi yang harus dilalui.

Begitu saya melihat tangga ini, sempet mau mundur lagi. Tapi kebayang udah setengah perjalanan dilalui sampai kesini, walhasil niat mau mundur ga jadi deh. Pelan-pelan saya menapaki tangga, dan hasilnya... Amazing.. Pemandangan disana ga kalah memukau dengan sunrise point..

Rasa capeknya terbayarkan sama pemandangan ini :D

Mas guide menyarankan saya untuk turun tidak melalui tangga, melainkan melewati pasir-pasir di pinggiran kawah. Dan hasilnya, waktu yang saya butuhkan untuk turun tidak lama dan lebih bersemangat aja sayanya karena seperti main 'sosorodotan'.. hohohoo

Turunnya mah saya ga lewat tangga, lewat pasir jauh lebih cepat. Tapi harus hati-hati agar tidak terperosot jatuh.

Narsis dulu ah ^^

Pulangnya saya melewati pasir berbisik dan batu singa. Saya menyadari ternyata semalam saat saya dibonceng dengan motor, jalanan yang saya lewati bentuknya seperti ini. Pantas saja ban motor rasanya goyang-goyang mau terjatuh, ya namanya juga pasir yang di lewati..

Dinamakan batu singa karena dahulu mirip dengan kepala singa.
Saat ini sudah terkikis, sehingga tidak begitu mirip lagi dengan singa.

Dilanjutkan dengan bukit teletubbies yang letaknya tidak begitu jauh dari pasir berbisik. Disini, sepanjang jalan sebelum dan setelah bukit teletubbies, kita disuguhkan pemandangan hijau. Pokoknya ga habis-habis deh mata kita di segarkan oleh pemandangan nan indah. Subhanallah..

Bukit Teletubbies, tapi ga ada personilnya ya disini.. hehehee

Alhamdulillah liburan kali ini sangat menyenangkan. Waktu yang singkat (3 hari sudah termasuk mampir ke blitar) dan biaya yang tidak terlalu menguras dompet adalah bonus besar buat saya.

Bye Bromo.. ini bukan terakhir kali kita bertemu.
Mudah-mudahan lain waktu kita bertemu kembali ^^

Wassalamu'alaikum..

Senin, 16 Mei 2016

Pendakian Gunung Ciremai (Via Jalur Palutungan)

Assalamu'alaikum..

Terkadang yang direncanakan mendadak itu sering kali terlaksana.. iya kan? hehehee
Contoh untuk pendakian kali ini, yang merupakan rencana mendadak. Awalnya saya memilih untuk long weekend di Jakarta, tetapi akhirnya saya memutar arah untuk long weekend di Gunung Ciremai.
Perjalanan dimulai dengan penanjakan dari jalur palutungan. Sebenarnya ada 3 jalur yang bisa dilewati untuk ke puncak Ciremai, jalur apuy, jalur palutungan dan jalur linggar jati.

Ga ada alasan spesial kenapa saya dan yang lainnya memilih jalur palutungan, hanya saja karena jalur tersebut merupakan jalur terdekat dari rumah teman tempat saya menginap malam sebelumnya. Katanya sih jalur yang paling enak adalah jalur apuy, hanya saja letaknya di majalengka, kurang lebih 3 jam dari tempat saya menginap.

Tiket masuk untuk mendaki Ciremai dikenakan sebesar Rp. 43.500 per orang (May 2016). Sudah termasuk asuransi, ada fasilitas penginapan untuk pendaki dan juga ada fasilitas kamar mandi untuk pendaki di pos palutungan.

Sekitar 5 sampai 10 menit dari tempat start, kita langsung di suguhkan jalan yang cukup menanjak. Bukan hanya jalanan yang menanjak, setelah itu kita juga disuguhkan jalanan di pinggir sawah yang sangat becek (saat mendaki, hujan menemani beberapa waktu). Kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di sebuah gubug. Lumayan bisa beristirahat sebentar untuk meluruskan kaki dan meringankan beban di pundak.
Karena sudah maghrib, kami segera melanjutkan perjalanan menuju pos ke 1 (Cigowong).

Team pendakian Gunung Ciremai 06 - 08 May 2016

Jarak dari gubug ke pos 1 menurut saya adalah jarak terjauh antar pos yang berada di jalur palutungan. Ini adalah kali pertama saya mendaki gunung di malam hari. Memang enak juga sih, adem karena tidak ada cahaya matahari. Tetapi sudah pasti udara jauh lebih dingin. Kalau melakukan pendakian malam hari, sebaiknya jangan berhenti bergerak. Karena kalau kita berhenti bergerak (diam), dingin akan segera terasa seperti menusuk tubuh kita. Kurang lebih sekitar 3 jam kemudian saya baru sampai di pos cigowong. Karena waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, maka saya dan rombongan memutuskan untuk bermalam di cigowong. Di pos 1 ini terdapat kamar mandi dan sungai. Kalau persediaan air dari bawah sudah mulai berkurang, segera isi di pos cigowong. Karena setelah pos ini kita akan sulit menemukan air. Di pos cigowong pun terdapat 2 warung kopi, menjual gorengan, minuman panas, mie dan cemilan lainnya.
Keesokannya kami memutuskan untuk berangkat tidak terlalu pagi, jadi bisa beristirahat cukup lama. Dan ternyata hujan pun kembali turun saat kami sedang packing. Mau tidak mau kami menunggu hujan mereda, dan akhirnya sekitar jam 12.30 kami mulai mendaki kembali.

Ini nasi plus mie goreng ala-ala saya.. hehehee (Ikan mah bekal dari ibunya teman ^^)

Setelah pos cigowong pun akhirnya kami melewati pos kuta (pos 2) dan pangguyungan badak (pos 3), hingga akhirnya hujan kembali turun dan semakin deras setelah melewati pos pangguyungan badak. Saya dan rombongan pun menghentikan pendakian kami di pos arban (pos 4) dan bermalam disana. Persediaan air pun sudah kembali berkurang. Penanjakan ciremai mengajarkan kita bagaimana me-manage air.

Pos Cigowong

Keesokannya kami kembali melanjutkan pendakian, namun kali ini kami tidak membawa barang-barang. Semua ditaruh di tenda di pos arban, hanya barang-barang penting dan beberapa botol minuman yang kami bawa sebagai perbekalan. Kesalahan kami saat itu adalah tidak membawa jas hujan, mungkin karena saya dan yang lainnya begitu terpesona dengan cerahnya sinar mentari. Dan juga tidak membawa senjata apapun untuk berlindung kalau-kalau saja ada binatang buas.

Setelah pos arban, saya menemukan pos dengan nama yang begitu unik "tanjakan asoy". Dan ternyata benar sekali kalau tanjakan yang disuguhkan setelah pos ini begitu "assssoooooyy" banget bangetttt deh. Kemiringannya sekitar 70 hingga 80 derajat. Jalanan yang landai hanya sedikit saja. Dan ini berlangsung hingga ke pos pesanggrahan dan pos sanghyang ropoh. Setelah pos sanghyang ropoh, kita akan menemukan pertigaan. Sebuah jalan pertemuan antara jalur apuy dari majalengka dengan jalur palutungan dari kuningan. Jalan bebatuan pun mulai disuguhkan pada jalur ini, kemiringan tetap berada pada 70 hinga 80 derajat Harus pintar memilih jalan agar tidak terpeleset.

Ini dia penampakan pos tanjakan asoy

Gerimis pun mengundang (kayak lagu aja.. hahahhaa). Tapi seriusan ya.. gerimis mulai turun. Saya sih memakai jaket, hanya saja yang lainnya tidak memakai jaket. Dan ketika kami sudah sedikit lagi sampai di pos gua walet, hujan semakin deras, geluduk mulai terdengar, kabut begitu gelap. Tidak mau ambil risiko, saya dan rombongan memutuskan untuk putar balik kembali kebawah.

Dari awal kami menanjak, tujuan kami memang summit di ciremai. Hanya saja keselamatan selalu kami utamakan. Ga ngoyo lah ya lebih tepatnya. Bisa summit adalah bonus untuk kami. Tidak bisa summit kali ini, insya Allah ada kesempatan di lain waktu.

Setelah perbatasan ini kita akan bertemu dengan pos selanjutnya, yaitu gua walet..

Perkiraan saya, perjalanan pulang akan lebih mudah dari perjalanan berangkat. Ternyata sama-sama membutuhkan tenaga yang 'wooow'. Kenapa saya bilang seperti itu? Turun dari jalan dengan kemiringan 70 hingga 80 derajat, hujan deras, kabut tebal, angin kencang, akan lebih mengeluarkan tenaga ekstra. Jalanan yang licin membuat saya mengatur kaki menapaki jalan secara perlahan (agar tidak terjatuh), ditambah baju yang sudah lepek (basah karena hujan) dan dingin mulai merasuki tubuh saya dan yang lainnya. Untuk mengurangi rasa dingin, kami pun saling berpegangan tangan satu sama lain.

Ketika di pos pesanggrahan kami bertemu dengan pendaki yang sebelumnya kami temui ketika kami mendaki. Mereka menawari kami minuman panas dan kue (penawaran bukan sekedar basa basi, mereka memaksa kami mampir ke tempat mereka berteduh dibawah fly sheet). Disini lah pelajaran yang saya dapatkan, bagaimana kita bisa bertahan hidup dan mampu membantu orang lain untuk bertahan hidup. Hidup itu tidak hanya egois memikirkan keselamatan diri sendiri, tetapi juga sambil memikirkan keselamatan orang lain.

Setelah kami merasa perut sudah agak terisi, kami kembali melanjutkan perjalanan turun gunung. Tidak jauh dari tempat berhenti tadi, saya melihat ada seekor babi hutan yang cukup besar berlari menuju kebawah di rimbunnya pepohonan. Secara reflek saya memberitahu yang lainnya. Awalnya kami yang sudah kehabisan tenaga untuk menuruni jalanan setapak demi setapak, namun karena adanya babi hutan kami pun (dengan tenaga yang entah dari mana datangnya) langsung berlari kembali ke arah atas, menanjak dengan cepat tanpa basa basi. Saat itu kami semua panik, memikirkan bagaimana jika babi hutan tersebut datang menghampiri dan menyerang kami. Dengan segera kami mencari kayu sebagai pertahanan jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, kemudian kami melanjutkan perjalanan turun gunung.

Saat kejadian memang panik ga ada duanya. Tetapi saat ini, kalau membayangkan kejadian itu yang ada membuat saya tertawa. Karena saya dan rombongan yang sudah lemas lunglai langsung mendadak menjadi kuat, seketika itu juga mampu melewati tanjakan.. hehehee (emang bener ya.. kalau sudah terpaksa, yang tadinya ga bisa juga pasti bisa ^^ )

Akhirnya kami sampai di pos arban, tempat kami memasang tenda semalam. Tanpa buang-buang waktu kami pun langsung packing. Saya melirik jam, ternyata sudah jam 4 sore. Tidak terasa 3 jam dari atas turun hingga ke arban. Setelah 1 jam packing, jam 5 kami mulai melanjutkan perjalanan turun ke kaki gunung. Hujan saat itu sudah agak reda, namun tidak lama kemudian hujan kembali turun dengan derasnya. Jas hujan sudah kami kenakan sejak di pos arban, jadi sudah terlindungi dari hujan. Masing-masing dari kami awalnya 1 orang membawa 1 buah senter, namun kendala ada saja. Ada 2 orang yang batu baterainya sudah habis dan ada 1 orang lagi yang sudah meredup. Kebayang kan kalau sampai gelap-gelapan di malam hari dalam hutan? Kami pun mengatur pencahayaan, yang tidak membawa senter berjalan di belakang yang membawa senter dengan pencahayaan lebih terang. Untung saja power bank yang saya bawa ada lampu senternya, jadi cukup membantu.

Jalanan di malam itu beceknya benar-benar juaraaaaaaa.. seperti berjalan di dalam lumpur. Kaki mulai terasa lemas, bahu terasa semakin panas, tenaga sudah tinggal beberapa persen, persediaan air minum pun sudah menipis. Konsenterasi saya saat itu sudah mulai berkurang, sehingga beberapa kali saya hampir terpeleset. Beberapa kali rombongan kami dan rombongan yang di depan kami berhenti untuk istirahat sejenak. Semangat saya masih ada saat itu, saya semangat karena mau buru-buru ketemu kasur empuk,, hehehee.

Dan salah satu teman dari rombongan saya sepertinya sudah mulai ngedrop, dia terjatuh beberapa kali hingga jas ujan dan jaket serta tas carrier miliknya terkena tanah becek. Namun begitu ditanya, dia mengatakan tidak apa-apa. Jalanan becek plus licin terus kami lalui perlahan-lahan, hingga akhirnya kami mendengar suara knalpot motor, itu pertanda kami sudah hampir sampai di pos cigowong. Disana ada warung dan ada ojek motor trail.

Tidak lama kemudian kami sampai di pos cigowong, perjalanan dari pos arban menuju pos cigowong dalam keadaan hujan sekitar 2,5 jam. Dengan segera saya menuju kamar mandi untuk mencuci kaki yang penuh dengan tanah merah dan juga mengisi persediaan minum (airnya dari mata air langsung yang di alirkan lewat paralon, rasanya segar seperti air minum dalam kemasan merk ternama.. hohohoo). Selesai bermain air, saya pun langsung ke warung memesan makanan dan minuman panas. 1 jam tidak terasa kami habiskan untuk beristirahat. Dan teman kami yang sejak di perjalanan sering terjatuh akhirnya dengan malu-malu mengakui bahwa tubuhnya sudah mulai ngedrop. Kami pun memutuskan menyewa ojek untuk teman kami (2 orang). Biaya ojek untuk tarif siang sampai sore katanya 80 ribu, karena sudah malam maka dikenakan 100 ribu. Melihat ada kesempatan, saya dan teman saya yang perempuan satu lagi memutuskan untuk menitipkan tas kami pada kedua orang yang menaiki ojek motor trail ^^

Beban berat sudah dititipkan dan perut pun sudah terisi kembali, alhamdulillah kondisi saya sudah jauh lebih baik. Semangat 45 untuk turun gunung lagi. Kali ini perjalanan dari pos cigowong menuju tempat tujuan hanya rombongan kami saja yang sisa 4 orang, tidak ada 1 rombongan pun yang berada di sekitar kami. Jujur saja, sempat tersirat rasa takut. Malam-malam di tengah hutan berempatan itu rasanya sesuatu bgt. Headlamp saya pun sudah mulai meredup. Benar-benar butuh pintu doraemon deh.. hehehee

Akhirnya saya pun sampai di pos palutungan jam 23.30, yups.. jam setengah 12 malam. Ada keanehan yang saya rasakan, disaat yang lainnya merasakan kedinginan sedangkan saya merasa hangat saat itu. Saya pun tersadar, ternyata saya menggunakan 2 jaket berbahan polar dan 1 jaket double polar. Gimana ga hangat kan? hahhaaa..

Track pendakian ciremai sungguh track yang luar biasa bagi seorang pendaki pemula seperti saya. Maklum saja gunung yang ketinggiannya mencapai 3.078m itu merupakan gunung tertinggi se jawa barat.
PR banget untuk balik lagi kesana dan menyelesaikan hingga summit.
Semangat!!

Wassalamu'alaikum..