Jika dapat aku ketahui apa yang akan terjadi padaku kelak, sudah pasti aku akan menjauhkan diriku dari hal-hal yang membuatku terluka.
Namun jika hal itu kulakukan maka tidak akan ada bahagia yang akan kurasakan, tidak akan ada kenangan indah
dan aku tidak akan pernah belajar menjadi perempuan yang lebih sabar dan lebih tegar seperti saat ini.’
-martinayosevina-

Selasa, 07 April 2015

Berbagi Tips

Saat dua orang insan memulai suatu hubungan dengan rasa yang tulus.. bukan berarti tidak akan pernah ada rintangan yang menghalangi hubungan mereka.
Namun seharusnya ketulusan rasa yang mereka miliki bisa digunakan sebagai senjata atau sebagai benteng dalam mempertahankan hubungan mereka.
Berbagai macam rintangan bisa saja terjadi, dan semakin lamanya hubungan yang dijalani maka semakin banyak jenis rintangan yang datang menerpa.

Yang paling sederhana adalah timbulnya ketidakyakinan dihati, pantaskah kita untuk pasangan kita?
Ini namanya krisis kepercayaan diri. Biasanya terjadi jika ada jarak yang cukup berbeda diantara kedua belah pihak. Hal tersebut bisa dilihat dari status pendidikan, status sosial, status jabatan pekerjaan, usia, penghasilan atau bahkan yang lainnya.
Lalu bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah tersebut? Kembali ke fitrah.. tidak ada satu pun manusia yang sempurna. Ketika pasangan kita mempunyai segala sesuatu lebih dari yang kita miliki, maka yakinkan bahwa kita adalah orang yang tepat untuk dia. Yakin dibalik kelebihannya pasti ada kekurangan yang dia miliki, dan kita dipasangkan dengannya untuk menutupi kekurangan tersebut.
Eits, bukan berarti lantas kita langsung mencari-cari kekurangannya. Kekurangan itu akan terlihat seiring berjalannya waktu. Jika kita yang merasa serba kekurangan dalam beberapa hal, baik fisik atau yang lainnya, maka pasangan kita diciptakan untuk melengkapi kekurangan yang kita miliki.
Jadi, percaya diri saja.. kalau memang sudah yakin dengan pasangan saat ini, harusnya tidak akan terkena masalah 'krisis percaya diri' seperti itu.

Masalah yang kemudian timbul dan sering menimpa banyak pasangan adalah adanya orang ketiga, atau bahkan ada orang ke empat.
Orang ketiga masuk ke dalam suatu hubungan bukan tanpa izin dari salah satu pihak. 'Tamu' akan masuk kedalam rumah sudah pasti jika di izinkan oleh pemiliknya, yang tidak di izinkan masuk tetapi memaksa masuk itu namanya pencuri.. hehehee.
Nah untuk pencuri, tidak akan ada tuan rumah yang menyukai pencuri, jadi sudah pasti kedua tuan rumah akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengusir pencuri tersebut. Akan tetapi untuk 'tamu' yang sudah di izinkan oleh salah satu tuan rumah, maka sulit untuk 'mengusir' tamu tersebut tanpa ada persetujuan yang memberikan si 'tamu' tersebut untuk singgah.
Maka dari itu, buatlah komitmen dengan diri sendiri untuk tidak mengizinkan siapapun 'bertamu' ke dalam hubungan yang sedang dijalani (karena biasanya kebanyakan orang yang berkomitmen dengan diri sendiri akan lebih bertanggung jawab). Dan kembali pikirkan terlebih dahulu segala sesuatu yang akan kita lakukan (terutama yang akan menyakiti perasaan pasangan kita).
Cobalah posisikan diri kita menjadi pasangan kita. Apa yang akan kita rasakan sama dengan yang akan dia rasakan nantinya. Andai semua orang bisa seperti itu, mungkin tidak akan ada yang tersakiti.
Jika pasangan pernah sekali mengizinkan 'tamu' masuk ke dalam hubungan, mungkin dia sedang khilaf. Berusahalah untuk memaaafkan dan kembali membuka lembaran baru. Lupakan perlahan kesalahan yang telah dia perbuat.
Lalu bagaimana jika pasangan melakukannya berkali-kali? Itu namanya bukan khilaf, tetapi hobby yang sudah menjadi watak dan akan sulit dirubah tanpa adanya kemauan dari pasangan itu sendiri ^_^

Ada pula masalah yang sering timbul, yaitu kurangnya keterbukaan antara satu sama lain atau di salah satu pihak saja.
Coba ungkapkan apa yang kita rasakan.
Suka atau tidak sukanya kita dengan sikap pasangan, jauh lebih baik jika di ungkapkan. Hubungan tidak akan bertahan lama jika kedua belah pihak tidak terbuka satu sama lain. Akan ada kesalahpahaman yang timbul diantara keduanya.
Bagaimana jika satu pihak sudah terbuka namun pihak yang satu tidak terbuka?
Mungkin, di awal hubungan pihak yang terbuka akan mencoba memaklumi ketidakterbukaan pasangannya. Namun jika dalam waktu yang lama pasangannya tetap tidak terbuka, maka akan ada rasa lelah atas sikap pasangannya tersebut. Selanjutnya hubungan tersebut bisa saja berakhir jika tetap tidak saling terbuka ataupun hanya satu pihak saja yang terbuka.

Ada hal yang kalau saya boleh menilai termasuk kategori ringan namun bisa berdampak berat, yaitu kata maaf.
Kalau kita merasa melakukan kesalahan kepada pasangan kita, jangan pernah sulit mengatakan maaf. Meminta maaf kepada pasangan bukan berarti membuat harga diri kita menjadi lebih rendah dimatanya.
Seringkali salah satu pihak menjaga 'gengsi' mereka dengan bersikap seakan tidak terjadi apa-apa ataupun seakan tidak melakukan kesalahan. Tanpa kita sadari, masalah yang terjadi belum benar-benar 'clear' meski mungkin kedua belah pihak sudah bersikap seperti sebelum masalah itu terjadi.
Dan kalaupun sudah meminta maaf, cobalah untuk memahami kata maaf tersebut. Bukan hanya sekedar meminta maaf, tetapi menyadari kesalahan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali atau lebih.
Karena ada pribadi yang dengan mudahnya mengatakan maaf dan mengulangi kembali kesalahan yang pernah diperbuat, bahkan hingga berkali-kali. Pribadi yang seperti itulah yang wajib kita hindari.

Masa lalu? Iya pasti hampir semua orang memiliki masa lalu.
Kalau memang kamu telah bersama dia saat ini, lebih baik jangan pernah mengungkit masa lalu yang pernah dia alami. Apalagi jika dia pernah melakukan kesalahan di masa lalunya, baik kesalahan sepele ataupun kesalahan yang fatal.. jangan pernah membahasnya kembali atau menyalahkan dia disaat ini atas kesalahan yang pernah dia perbuat.
Terima dia apa adanya agar diapun bisa menerima kamu apa adanya. Jauhkan hubungan yang sedang kalian jalani saat ini dari bayang-bayang masa lalu.

Sering membuat janji namun tidak ditepati?
Kalau iya, segera deh ngerubah sikap buruk yang satu itu. Janji itu sama seperti hutang lho. Hutang wajib dilunasi, begitu pula dengan janji, wajib ditepati.
Pertengkaran sering kali muncul dalam suatu hubungan karena salah satu pihak tidak menepati janjinya.
Sebaiknya pada saat sebelum kita berjanji, perhatikan bagaimana kemampuan kita untuk menepati janji tersebut.
Kalau memang ada kemungkinan tidak bisa menepati janji, saya pribadi sih lebih suka mendapatkan 'surprise' daripada sudah dijanjikan namun dibatalkan atau tidak dipenuhi ^^

1 komentar: