Assalamu'alaikum..
Saat kita berbicara mengenai umur, tidak ada satupun ummatNya yang mengetahui seberapa lama diberikan kesempatan untuk hidup di dunia yang fana ini.
Pagi itu di hari Jumat, tepat di awal tahun 2016.. saya mendapatkan telepon dari abang yang mengajak saya pulang ke Garut dikarenakan Mama saya sakit. Namun setelah telepon saya tutup dan saya segera bersiap-siap, telepon tiba-tiba berbunyi kembali (jarak waktunya tidak lebih dari 5 menit). Abang saya mengatakan bahwa Mama telah kembali ke pangkuan Illahi Rabbi.
Air mata saya sudah pasti mengalir deras pada saat itu. Tidak pernah menyangka Mama pergi secepat ini. Mama pergi sebelum keinginannya terkabul, yaitu melihat saya menikah.
Selama tahun 2015 yang Mama bicarakan setiap kali bertemu dengan saya adalah pernikahan. Mama selalu meminta saya menikah secepatnya (Salah satu faktornya mungkin karena saya anak perempuan satu-satunya dan merupakan anak paling kecil, serta hanya saya yang belum menikah). Mama mengatakan seperti itu dikarenakan mama tidak tahu umur Mama sampai tahun depan atau tidak. Saya selalu menjawab bahwa jodoh saya masih terbungkus rapih dan belum dikirimkan oleh Allah. Mama memang benar, jangankan tahun depan.. kita memang tidak pernah tahu maut menjeput kita bulan depan, minggu depan, esok hari atau 1 (satu) jam kedepan.
Pikiran saya masih melayang kemana-mana sambil menangis, teringat seminggu yang lalu Mama meminta saya menginap dirumah mama dan saya tidak bisa. Namun ketika saya mau kesana lusanya, Mama sudah pergi ke Garut (kampung halaman mama) untuk menghadiri undangan sepupunya Mama (Om saya). Jadi saya tidak bertemu Mama saat itu. Dan saya menunggu kabar kapan Mama pulang ke bekasi.
Mama selalu mengusahakan hadir jika menerima undangan, Mama mengatakan "Jika kita tidak menghadiri undangan, jangan berharap orang datang saat kita mengundang mereka" teringat selalu pesan Mama yang satu itu di telinga saya.
Pagi itu saya langsung meluncur ke Garut, diantar oleh teman dekat saya sejak kuliah beserta suami dan orangtuanya. Saya masih merasa ini semua seperti mimpi, berharap kabar ini tidaklah benar adanya.
Sesampainya di Garut.. saya melihat tubuh Mama saya sudah terbujur kaku dan dilapisi kain kafan dengan sangat rapih.
Ya Allah ya Rabb kuatkan saya.. hanya kata-kata itu yang selalu saya ucapkan di dalam hati saya pada saat itu hingga kini saya menulis di blog ini.
Tangisan saya memecah kerumunan sanak saudara yang bertakziah kerumah kakek.
Atas permintaan abang saya, paman dan kakek saya membuka sedikit kafan yang melapisi bagian wajah Mama untuk memperlihatkan wajah mama yang terakhir kalinya.
Wajah Mama putih bersinar, tidak ada pucat seperti kebanyakan orang yang meninggal. Saya sangat mengenali wajah itu, wajah seorang perempuan hebat yang telah mengandung dan melahirkan saya 28 tahun yang lalu. Wajah Mama saat itu sudah tak berdaya, sudah bertemu dengan sang Pencipta Illahi Rabbi.
Selamat jalan Mama.. wajahmu, senyummu, suaramu, canda tawamu dan semua pesan serta nasihat-nasihatmu selama ini akan selalu aku ingat..
Insya Allah Mama Khusnul Khotimah.. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin..
(Jum'at 01 Jan 2016 / 21 Rabiul Awal 1437H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar